
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang sangat agung. Bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial, melaksanakan haji bukan sekadar perjalanan fisik ke Tanah Suci, melainkan juga perjalanan keimanan yang sangat mendalam. Di dalam ibadah ini, setiap perilaku, perkataan, dan bahkan pikiran memiliki nilai yang besar. Oleh sebab itu, menjaga adab selama haji menjadi bagian penting dalam upaya mencapai haji yang mabrur.
Salah satu aspek yang sering terabaikan selama pelaksanaan ibadah haji adalah sikap dalam bercanda. Banyak jamaah yang menganggap candaan sebagai hal biasa, padahal di tengah kekhusyukan ibadah, candaan yang tidak tepat bisa mengganggu suasana bahkan menimbulkan perasaan yang kurang nyaman bagi jamaah lainnya. Maka dari itu, penting untuk memahami batasan-batasan dalam bercanda saat menjalankan ibadah haji, agar tidak mengurangi nilai ibadah yang sedang dilakukan.
Pentingnya Menjaga Etika Selama Ibadah Haji
Haji adalah ibadah yang menuntut kesiapan lahir dan batin. Jamaah tidak hanya dituntut untuk mampu menjalani perjalanan yang berat secara fisik, tetapi juga harus mampu menjaga sikap, emosi, dan ucapan. Setiap detik di Tanah Suci merupakan momen yang sangat berharga. Maka, menjaga adab dan sopan santun bukan hanya menjadi keharusan, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap tempat dan waktu yang penuh keberkahan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
"Haji adalah (pada) bulan-bulan yang telah diketahui. Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata keji), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji."
(QS. Al-Baqarah: 197)
Ayat ini menjadi pengingat bagi seluruh jamaah untuk menjaga ucapan, termasuk saat bercanda. Bercanda yang mengarah pada ucapan keji, menyindir, atau mengolok bisa termasuk dalam kategori rafats atau fusuq yang bisa mengurangi nilai ibadah.
Islam Tidak Melarang Bercanda, Tapi Tetap Ada Aturannya
Islam adalah agama yang seimbang. Tidak mengharamkan tawa, tetapi mengajarkan adab dalam bersenda gurau. Rasulullah SAW pun dikenal sebagai pribadi yang ramah, tidak kaku, dan sesekali melontarkan candaan. Namun, candaan beliau selalu mengandung kebenaran, tidak pernah menyinggung, dan bertujuan mempererat ukhuwah, bukan menjatuhkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, para sahabat pernah berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, engkau juga suka bercanda kepada kami?” Maka Rasulullah menjawab, “Iya, tetapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa bercanda bukanlah sesuatu yang dilarang, asalkan tetap berada dalam koridor kejujuran, adab, dan tidak mengganggu orang lain.
Batasan dalam Bercanda Saat Menjalankan Ibadah Haji
1. Tidak Boleh Mengandung Kebohongan
Sahabat perlu menghindari candaan yang mengandung kebohongan meskipun niatnya hanya untuk membuat orang lain tertawa. Rasulullah SAW mengingatkan:
"Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta agar orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia."
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Bercanda yang melibatkan dusta akan merusak integritas diri dan bisa termasuk dalam perilaku yang fasik, sebagaimana disebut dalam QS. Al-Baqarah: 197. Maka, jauhilah kebiasaan melebih-lebihkan cerita atau membuat hal-hal yang tidak benar hanya demi lucu-lucuan.
2. Tidak Menyinggung atau Menjatuhkan Orang Lain
Candaan yang menjurus pada penghinaan, merendahkan, atau menyindir sahabat jamaah lainnya sebaiknya dihindari. Meski awalnya dianggap ringan, namun bisa menimbulkan sakit hati yang berdampak pada rusaknya ukhuwah dan kebersamaan dalam kelompok jamaah.
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka."
(QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini menjadi pelajaran berharga bahwa tidak semua bentuk candaan itu lucu di mata semua orang. Maka penting untuk mempertimbangkan perasaan sesama.
3. Tidak Dilakukan Saat Ibadah Sedang Berlangsung
Bercanda saat sedang menjalani prosesi ibadah seperti thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, atau melempar jumrah jelas tidak etis. Momen tersebut adalah saat di mana hati dan lisan seharusnya dipenuhi dengan dzikir dan doa. Bercanda di tengah-tengah ibadah tidak hanya menurunkan kekhusyukan, tapi juga bisa mengganggu jamaah lain.
Sahabat dianjurkan untuk lebih banyak berzikir, membaca Al-Qur’an, atau merenungi perjalanan keimanan dibanding mengisi waktu dengan tawa berlebihan yang bisa memudarkan nilai-nilai ibadah.
4. Tidak Mengganggu Konsentrasi Jamaah Lain
Bercanda di tempat umum seperti tenda Arafah, dalam bus menuju Mina, atau saat istirahat di hotel bisa saja diperbolehkan asalkan tidak mengganggu jamaah lain yang sedang beristirahat atau beribadah. Suara tawa yang keras, celetukan berulang, atau sikap usil dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang lain.
Ingatlah, menjaga kenyamanan orang lain juga termasuk ibadah. Jangan sampai candaan kita menjadi beban bagi orang lain.
Kapan Bercanda Diperbolehkan?
Meskipun ibadah haji identik dengan suasana serius dan penuh kekhusyukan, bukan berarti suasana harus selalu kaku. Dalam beberapa kondisi, bercanda yang ringan dan santun justru dapat menjadi pelepas ketegangan fisik dan mental yang dirasakan oleh para jamaah. Bercanda yang dilakukan dengan niat menghibur sahabat tanpa menyinggung bisa menjadi perekat ukhuwah.
Beberapa situasi di mana bercanda diperbolehkan selama haji:
- Di luar waktu ibadah inti, seperti saat makan bersama di tenda, dalam perjalanan santai, atau saat rehat sejenak.
- Dengan sesama jamaah yang sudah dekat dan memahami karakter masing-masing, agar tidak terjadi salah paham.
- Bercanda dengan bahasa yang santun, tidak meledek, tidak menyindir, dan tetap dalam batas kesopanan.
Menjaga Suasana Ibadah agar Tetap Khusyuk
Ibadah haji adalah kesempatan langka yang mungkin hanya sekali seumur hidup. Maka, sangat disayangkan jika kesempatan emas tersebut ternodai oleh kelalaian dalam menjaga adab, termasuk saat bercanda.
Untuk menjaga suasana tetap khusyuk dan penuh keimanan, Sahabat dapat melakukan hal-hal berikut:
- Memperbanyak murojaah atau mengulang bacaan doa dan dzikir.
- Membentuk kelompok kecil untuk kajian ringan atau diskusi Islami di sela waktu longgar.
- Mendengarkan ceramah dari pembimbing haji untuk memperdalam makna ibadah.
- Saling mengingatkan sesama jamaah agar selalu menjaga sikap dan ucapan.
Kesimpulan: Kendalikan Lisan, Jaga Kesucian Ibadah
Bercanda memang bisa menjadi bumbu dalam kehidupan, tetapi selama ibadah haji, Sahabat dituntut untuk menempatkannya pada posisi yang tepat. Jangan sampai candaan menjadi sebab hilangnya kekhusyukan, rusaknya hubungan antarjamaah, atau bahkan mengundang dosa. Haji adalah momentum penyucian jiwa dan penguatan keimanan. Maka, jaga hati, jaga lisan, dan jaga niat agar tetap tulus hanya mengharap ridha Allah.
Jika Sahabat ingin merasakan pengalaman ibadah yang nyaman, penuh pembinaan keimanan, dan dikelilingi oleh suasana yang mendukung kekhusyukan, maka program umroh dari Mabruk Tour bisa menjadi pilihan yang sangat tepat. Bersama Mabruk Tour, setiap peserta tidak hanya diajak untuk menunaikan ibadah, tetapi juga dibimbing untuk memahami makna, tata cara, dan adab dalam setiap langkah menuju Baitullah.
Kunjungi www.mabruk.co.id dan temukan berbagai pilihan paket umroh yang disusun secara profesional, aman, dan penuh perhatian terhadap kenyamanan jamaah. Wujudkan perjalanan suci Sahabat bersama Mabruk Tour, karena beribadah dengan adab yang terjaga akan membuahkan pengalaman keimanan yang tak terlupakan.