Hajar Aswad: Batu dari Surga yang Penuh Keberkahan
Asal-Usul Hajar Aswad yang Menjadi Simbol Keagungan
Hajar Aswad merupakan salah satu peninggalan agung yang memiliki nilai istimewa dalam Islam. Batu ini bukan sekadar batu biasa, melainkan batu yang berasal dari surga, sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai riwayat. Dalam sejarah Islam, Hajar Aswad pertama kali ditemukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, saat membangun Ka’bah. Batu ini kemudian ditempatkan di sudut Ka’bah sebagai bagian dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keistimewaan Hajar Aswad tidak hanya terletak pada asal-usulnya, tetapi juga pada fungsinya sebagai tanda dimulainya thawaf. Setiap jamaah haji dan umroh yang datang ke Baitullah akan berusaha mendekati dan mencium Hajar Aswad sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan terhadap ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal ini mengingatkan umat Islam akan perjalanan agung para nabi dalam mengajarkan tauhid dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keutamaan Hajar Aswad dalam Syariat Islam

Banyak hadits yang menjelaskan keutamaan Hajar Aswad, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih dari susu, tetapi dosa-dosa anak Adam menjadikannya hitam." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan bahwa Hajar Aswad awalnya memiliki warna yang sangat bersih dan suci, namun karena dosa-dosa manusia, warnanya berubah menjadi hitam.
Selain itu, Hajar Aswad juga disebut sebagai saksi di hari kiamat bagi mereka yang pernah menyentuhnya dengan penuh keimanan. Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Allah, Allah akan membangkitkan Hajar Aswad pada hari kiamat dengan memiliki mata yang dapat melihat dan lisan yang dapat berbicara, yang akan menjadi saksi bagi orang yang menyentuhnya dengan benar." (HR. Tirmidzi).
Betapa agungnya keutamaan Hajar Aswad, sehingga para ulama menyatakan bahwa mencium atau menyentuhnya dapat menghapus dosa-dosa kecil. Inilah mengapa banyak jamaah haji dan umroh yang berusaha mendekati batu ini dengan penuh kekhusyukan.
Proses Perawatan Hajar Aswad dan Keberlangsungannya Sepanjang Sejarah
Sepanjang sejarah, Hajar Aswad mengalami berbagai peristiwa yang menguji keberadaannya. Salah satu kejadian paling terkenal adalah saat batu ini dicuri oleh kelompok Qaramithah pada abad ke-10 Masehi. Selama lebih dari dua dekade, Hajar Aswad tidak berada di tempatnya semula hingga akhirnya dikembalikan ke Ka’bah. Peristiwa ini menunjukkan betapa besar perhatian umat Islam terhadap batu yang penuh berkah ini.
Dalam perawatan sehari-hari, Hajar Aswad dilindungi dengan bingkai perak yang telah beberapa kali diperbarui sepanjang sejarah. Setiap hari, batu ini dibersihkan dan dilap dengan minyak wangi agar tetap dalam kondisi yang baik. Pemerintah Arab Saudi juga mengawasi keamanan dan pemeliharaan batu ini agar tetap terjaga keasliannya dan dapat terus menjadi bagian dari ibadah thawaf jamaah haji dan umroh.