Informasi Umrah

Semua informasi suputar ibadah umrah dan haji

Kapan Harus Melakukan Tawaf Wajib dan Tawaf Sunnah di Masjidil Haram?

 

Tawaf adalah salah satu ibadah yang sangat mulia dalam Islam. Dilakukan dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali dalam arah berlawanan jarum jam, tawaf bukan sekadar gerakan fisik, melainkan juga bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan haji dan umroh.

Namun, kapan sebaiknya melakukan tawaf wajib dan tawaf sunnah di Masjidil Haram? Pertanyaan ini sering muncul di kalangan jamaah yang ingin menjalankan ibadah dengan benar sesuai sunnah Rasulullah SAW. Pemahaman mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakan kedua jenis tawaf ini sangat penting agar ibadah menjadi sah dan diterima di sisi Allah SWT.

Artikel ini akan membahas secara lengkap kapan harus melakukan tawaf wajib dan tawaf sunnah di Masjidil Haram, serta menjelaskan perbedaan di antara keduanya. Dengan memahami waktu yang tepat, Sahabat dapat menjalankan ibadah tawaf dengan khusyuk dan mendapatkan keberkahan yang maksimal.

Tawaf Wajib dalam Ibadah Haji dan Umroh

Tawaf wajib adalah tawaf yang harus dilakukan dalam rangkaian ibadah haji dan umroh. Jika tidak dilaksanakan, maka jamaah diwajibkan untuk membayar dam sebagai bentuk pengganti. Terdapat tiga jenis tawaf wajib yang harus dipahami: tawaf ifadah, tawaf wada', dan tawaf umroh.

Tawaf ifadah dilakukan setelah wukuf di Arafah dan merupakan rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Tawaf ini dilakukan setelah jamaah kembali ke Masjidil Haram dari Muzdalifah dan Mina. Waktu terbaik untuk melaksanakan tawaf ifadah adalah pada hari raya Idul Adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah setelah melempar jumrah aqabah dan bercukur. Namun, jika keadaan sangat padat, tawaf ifadah masih bisa dilaksanakan hingga akhir bulan Dzulhijjah.

Tawaf wada' atau tawaf perpisahan adalah tawaf yang dilakukan oleh jamaah haji sebelum meninggalkan Makkah. Tawaf ini wajib dilaksanakan bagi semua jamaah kecuali bagi wanita yang sedang haid atau nifas. Waktu pelaksanaan tawaf wada' adalah setelah seluruh rangkaian ibadah haji selesai dan sebelum meninggalkan kota Makkah.

Tawaf umroh merupakan rukun dalam ibadah umroh yang tidak boleh ditinggalkan. Tawaf ini dilakukan setelah jamaah mengambil miqat dan mengenakan pakaian ihram. Waktu pelaksanaannya adalah setelah tiba di Masjidil Haram dan sebelum melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah.

Tawaf Sunnah: Memperbanyak Pahala dan Keimanan

Tawaf sunnah adalah tawaf yang dapat dilakukan kapan saja di Masjidil Haram. Tidak terikat dengan waktu atau rangkaian ibadah tertentu, tawaf sunnah dilakukan semata-mata untuk memperbanyak amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk memperbanyak tawaf sunnah saat berada di Masjidil Haram, karena setiap putaran di sekitar Ka'bah memiliki nilai pahala yang sangat besar.

Tidak seperti tawaf wajib yang memiliki aturan waktu tertentu, tawaf sunnah dapat dilakukan kapan saja selama Masjidil Haram dibuka dan tidak sedang dalam waktu shalat wajib. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan tawaf sunnah adalah di waktu-waktu yang tenang, seperti setelah shalat Isya atau sebelum shalat Subuh, di mana suasana Masjidil Haram lebih sepi dan memberikan ketenangan dalam beribadah.

Tawaf sunnah juga dapat dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atau sebagai doa permohonan agar diberikan kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat. Banyak ulama yang menganjurkan untuk memperbanyak tawaf sunnah saat berada di Makkah sebagai bentuk amalan tambahan yang penuh keberkahan.

Perbedaan Waktu Pelaksanaan Tawaf Wajib dan Tawaf Sunnah

Perbedaan utama antara waktu pelaksanaan tawaf wajib dan tawaf sunnah terletak pada keterikatannya dengan rangkaian ibadah haji dan umroh. Tawaf wajib memiliki waktu yang telah ditentukan dan tidak boleh ditinggalkan dalam rangkaian ibadah haji dan umroh, seperti tawaf ifadah yang dilakukan setelah wukuf di Arafah, tawaf wada' sebelum meninggalkan Makkah, dan tawaf umroh setelah mengambil miqat.

Sedangkan tawaf sunnah tidak terikat dengan waktu tertentu dan dapat dilakukan kapan saja di Masjidil Haram. Tawaf sunnah tidak terikat dengan ihram, sehingga Sahabat bisa melakukannya dengan pakaian biasa. Selain itu, tidak ada kewajiban untuk melakukan sa’i setelah tawaf sunnah.

Hikmah dan Keutamaan Tawaf di Masjidil Haram

Tawaf di Masjidil Haram memiliki banyak keutamaan yang dapat memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melakukan tawaf di Ka'bah sebanyak tujuh putaran, maka akan ditulis baginya pahala seperti memerdekakan budak.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala yang didapatkan dari ibadah tawaf.

Tawaf juga merupakan bentuk ibadah yang sangat istimewa karena hanya dapat dilakukan di Masjidil Haram. Ketika melaksanakan tawaf, Sahabat berada sangat dekat dengan Ka'bah, kiblat seluruh umat Islam di dunia. Hal ini menjadi momen yang sangat sakral dan penuh kekhusyukan dalam memperkuat keimanan.

Selain itu, tawaf menjadi sarana untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dan mengingat betapa kecilnya diri di hadapan Sang Pencipta. Dengan berputar mengelilingi Ka'bah, Sahabat seakan-akan berada dalam orbit keimanan yang memperkuat hubungan dengan Allah SWT.

Bagi Sahabat yang ingin merasakan keindahan ibadah tawaf di depan Ka'bah dan memperkuat keimanan dengan meneladani sunnah Rasulullah SAW, Mabruk Tour siap membantu dalam perjalanan umroh yang penuh makna.

Dengan bimbingan ustadz yang berpengalaman dan fasilitas terbaik, Mabruk Tour memastikan setiap rangkaian ibadah dapat dilakukan dengan tertib dan khusyuk. Sahabat dapat menjalani ibadah umroh dengan niat yang ikhlas dan sesuai sunnah Rasulullah SAW.

Segera kunjungi www.mabruk.co.id untuk informasi lebih lanjut mengenai paket umroh yang tersedia. Bersama Mabruk Tour, Sahabat bisa menyempurnakan ibadah umroh dan mendapatkan pengalaman keimanan yang tak terlupakan di Tanah Suci.