Informasi Umrah

Semua informasi suputar ibadah umrah dan haji

Kesalahan Umum Saat Thawaf Ifadah yang Perlu Dihindari

Thawaf ifadah merupakan salah satu rukun haji yang harus dilakukan oleh setiap jamaah. Thawaf ini menandai hampir selesainya rangkaian ibadah haji dan menjadi syarat sahnya haji seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap jamaah untuk memahami bagaimana cara melaksanakan thawaf ifadah dengan benar agar ibadahnya diterima oleh Allah.

Namun, dalam praktiknya, masih banyak jamaah yang melakukan kesalahan saat thawaf ifadah. Kesalahan ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai tata cara thawaf yang benar atau karena kondisi yang sangat ramai sehingga membuat fokus ibadah terganggu. Beberapa kesalahan ini mungkin terlihat sepele, tetapi bisa berakibat pada ketidaksempurnaan ibadah haji yang telah dijalankan dengan penuh perjuangan.

Memahami kesalahan-kesalahan ini sangat penting agar setiap jamaah bisa lebih berhati-hati dalam menjalankan thawaf ifadah. Dengan mengetahui apa saja yang harus dihindari, ibadah thawaf bisa dilakukan dengan lebih khusyuk dan sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Tidak Memulai Thawaf dari Hajar Aswad

Salah satu kesalahan yang paling umum terjadi adalah tidak memulai thawaf dari Hajar Aswad. Dalam thawaf, titik awal yang benar adalah sejajar dengan Hajar Aswad, dan jamaah harus menghadap batu hitam ini sebelum memulai putaran pertama.

Beberapa jamaah, terutama yang baru pertama kali melakukan thawaf, terkadang langsung berjalan tanpa memperhatikan posisi Hajar Aswad. Akibatnya, mereka memulai thawaf dari titik yang salah, yang berarti putaran mereka tidak dihitung dengan benar. Jika ini terjadi, thawaf bisa menjadi tidak sah dan harus diulang.

Untuk menghindari kesalahan ini, jamaah sebaiknya mencari tanda khusus yang telah disediakan di lantai atau dinding Masjidil Haram sebagai penanda posisi Hajar Aswad. Dengan memastikan bahwa thawaf dimulai dari titik yang benar, ibadah yang dilakukan akan lebih sempurna.

Tidak Menjaga Kesucian dari Hadas

Kesucian merupakan syarat utama dalam thawaf ifadah. Seperti halnya shalat, thawaf juga harus dilakukan dalam keadaan suci dari hadas besar maupun kecil. Namun, ada beberapa jamaah yang lupa atau kurang memperhatikan hal ini dan tetap melanjutkan thawaf meskipun sedang dalam keadaan hadas.

Jika seseorang sedang dalam keadaan hadas besar, seperti junub atau bagi wanita yang sedang haid, maka thawaf tidak bisa dilakukan hingga dirinya kembali dalam keadaan suci. Begitu pula dengan hadas kecil, jika seseorang batal wudunya saat thawaf, maka ia harus mengambil wudhu kembali sebelum melanjutkan thawafnya.

Kesalahan ini sering terjadi karena kurangnya kewaspadaan atau ketidaktahuan bahwa thawaf memiliki syarat kesucian yang sama dengan shalat. Oleh karena itu, sebelum memulai thawaf, penting bagi setiap jamaah untuk memastikan bahwa dirinya dalam keadaan suci dan tetap menjaga wudhunya selama thawaf berlangsung.

Tidak Menutup Aurat dengan Benar

Menutup aurat dengan sempurna merupakan syarat dalam thawaf. Namun, ada beberapa jamaah yang kurang memperhatikan hal ini, baik karena ketidaktahuan maupun karena kondisi yang tidak mendukung.

Bagi laki-laki, kesalahan yang sering terjadi adalah ihram yang longgar sehingga bagian aurat terbuka tanpa disadari. Beberapa juga tidak memperhatikan tata cara mengenakan kain ihram dengan benar, sehingga kain bisa terlepas saat thawaf berlangsung.

Sementara itu, bagi perempuan, kesalahan yang sering terjadi adalah mengenakan pakaian yang terlalu ketat atau transparan, sehingga aurat masih terlihat. Meskipun tidak wajib mengenakan pakaian ihram seperti laki-laki, wanita tetap harus memakai pakaian yang syar'i, tidak mencolok, dan tidak memperlihatkan bentuk tubuh.

Untuk menghindari kesalahan ini, jamaah sebaiknya memastikan bahwa pakaian ihram sudah dikenakan dengan benar sebelum memulai thawaf. Jika merasa ada kemungkinan kain ihram longgar atau berisiko terlepas, bisa menggunakan peniti atau ikat pinggang khusus ihram agar lebih aman dan nyaman saat thawaf.

Berjalan Terlalu Cepat atau Terlalu Lambat

Salah satu adab dalam thawaf adalah menjaga kecepatan langkah yang sesuai. Namun, dalam praktiknya, ada jamaah yang berjalan terlalu cepat karena ingin segera menyelesaikan thawaf, sementara yang lain berjalan terlalu lambat hingga menghambat pergerakan jamaah lainnya.

Berjalan terlalu cepat bisa mengurangi kekhusyukan dalam thawaf, bahkan bisa menyebabkan jamaah tersandung atau menabrak jamaah lain. Sebaliknya, berjalan terlalu lambat juga bisa menjadi penghalang bagi jamaah lain, terutama di saat kondisi Masjidil Haram sedang sangat ramai.

Thawaf sebaiknya dilakukan dengan langkah yang tenang dan penuh kesadaran. Tidak perlu terburu-buru, tetapi juga tidak terlalu lambat. Dengan menjaga ritme yang stabil, thawaf bisa dilakukan dengan lebih nyaman dan khusyuk.

Mendorong dan Berdesakan dengan Jamaah Lain

Karena thawaf dilakukan dalam jumlah jamaah yang sangat besar, sering kali terjadi dorongan dan desakan di antara jamaah. Beberapa orang mungkin tidak sengaja mendorong karena kondisi yang padat, tetapi ada juga yang dengan sengaja berusaha menerobos kerumunan untuk mendekati Ka’bah atau Hajar Aswad.

Tindakan ini bisa mengganggu kekhusyukan ibadah dan bahkan membahayakan jamaah lain. Islam mengajarkan untuk selalu menjaga adab dan tidak menyakiti orang lain dalam beribadah. Oleh karena itu, jika kondisi terlalu padat, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk mendekati Hajar Aswad dan tetap berjalan dengan tenang.

Rasulullah ﷺ sendiri tidak selalu mencium Hajar Aswad ketika kondisi tidak memungkinkan. Jika tidak bisa menyentuhnya secara langsung, cukup dengan memberi isyarat tangan dari kejauhan. Yang terpenting dalam thawaf adalah niat dan ketulusan hati dalam menjalankan ibadah.

Berbicara atau Mengobrol Saat Thawaf

Thawaf adalah momen ibadah yang seharusnya dilakukan dengan penuh keimanan dan kekhusyukan. Namun, ada sebagian jamaah yang justru sibuk berbicara dengan teman atau keluarga saat melakukan thawaf.

Mengobrol saat thawaf bisa mengurangi kekhusyukan dan membuat ibadah menjadi kurang bermakna. Selain itu, berbicara terlalu keras juga bisa mengganggu jamaah lain yang sedang beribadah dengan khusyuk.

Sebagai gantinya, sebaiknya fokus pada bacaan doa dan dzikir selama thawaf. Momen ini adalah waktu yang sangat baik untuk berdoa kepada Allah, memohon ampunan, dan memperbanyak dzikir. Dengan menjaga fokus dan kekhusyukan, thawaf bisa menjadi pengalaman ibadah yang lebih bermakna.

Menjalankan ibadah haji adalah impian setiap Muslim, tetapi sebelum melangkah ke Tanah Suci untuk menunaikan haji, sahabat bisa lebih dulu merasakan indahnya ibadah di Baitullah dengan menjalankan umroh. Umroh tidak hanya menjadi bentuk ibadah yang penuh keberkahan, tetapi juga bisa menjadi latihan sebelum haji agar lebih memahami setiap rukun dan tata caranya.

Mabruk Tour siap membantu sahabat dalam menjalankan ibadah umroh dengan nyaman dan penuh ketenangan. Dengan bimbingan dari pembimbing ibadah yang berpengalaman, akomodasi yang nyaman, serta pelayanan terbaik, sahabat bisa menjalankan umroh dengan lebih maksimal. Segera kunjungi www.mabruk.co.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan bergabung dalam perjalanan ibadah yang penuh makna bersama Mabruk Tour.