
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Perjalanan suci ini memiliki nilai keimanan yang sangat mendalam, mempererat ukhuwah Islamiyah, dan menjadi sarana refleksi diri yang penuh makna. Namun, tahukah Sahabat bahwa pelaksanaan haji pada zaman Rasulullah SAW memiliki sejarah yang penuh hikmah dan keteladanan?
Sejarah haji pada masa Rasulullah SAW tidak hanya menunjukkan kesempurnaan tata cara ibadah yang diajarkan beliau, tetapi juga mencerminkan perjuangan dan keteguhan dalam menegakkan tauhid. Rasulullah SAW tidak hanya mengembalikan kemurnian ajaran haji yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Melalui artikel ini, Sahabat akan diajak untuk menelusuri sejarah pelaksanaan haji pada zaman Rasulullah SAW. Mulai dari latar belakang tradisi haji di masa jahiliyah, peristiwa penting dalam sejarah Islam, hingga Haji Wada' yang menjadi haji terakhir Rasulullah SAW.
Latar Belakang Tradisi Haji di Masa Jahiliyah
Sebelum diutusnya Rasulullah SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, masyarakat Arab sudah mengenal tradisi haji yang diwarisi dari ajaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS menjadi pusat ibadah dan tempat berkumpulnya berbagai kabilah Arab. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi haji mengalami penyimpangan dan tercampur dengan adat jahiliyah.
Kaum Quraisy sebagai penjaga Ka'bah memiliki pengaruh besar dalam pelaksanaan haji di masa jahiliyah. Mereka menambahkan berbagai ritual yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid, seperti menyembah berhala yang ditempatkan di sekitar Ka'bah, thawaf dalam keadaan telanjang sebagai simbol kesucian, serta mengubah talbiyah dengan menyebut nama berhala.
Meski demikian, beberapa rangkaian haji yang berasal dari ajaran Nabi Ibrahim AS tetap dipertahankan, seperti thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i antara Shafa dan Marwah, serta wukuf di Arafah. Namun, makna keimanan dalam ibadah tersebut sudah hilang dan digantikan dengan keyakinan syirik.
Perubahan Tata Cara Haji Setelah Turunnya Islam
Setelah Rasulullah SAW diutus sebagai nabi terakhir, beliau membawa risalah tauhid untuk meluruskan penyimpangan dalam tradisi haji. Pada awalnya, Rasulullah SAW belum bisa mengubah tradisi haji secara langsung karena kuatnya pengaruh kaum Quraisy di Mekkah. Namun, setelah hijrah ke Madinah dan terjadi perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriah, Rasulullah SAW mulai merencanakan pelaksanaan haji sesuai syariat Islam.
Pada tahun 7 Hijriah, Rasulullah SAW melaksanakan umroh qadha sebagai pengganti umroh yang tertunda akibat perjanjian Hudaibiyah. Peristiwa ini menjadi momen penting dalam sejarah Islam karena menunjukkan kekuatan dan keteguhan Rasulullah SAW dalam menegakkan ajaran tauhid di tengah tekanan kaum Quraisy.
Tata cara haji mulai berubah secara signifikan setelah Fathu Makkah (Penaklukan Mekkah) pada tahun 8 Hijriah. Setelah membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk melaksanakan haji dengan tata cara yang benar, yaitu tidak menyekutukan Allah dan meninggalkan ritual-ritual jahiliyah yang bertentangan dengan tauhid.
Haji Wada': Haji Terakhir Rasulullah SAW
Pada tahun 10 Hijriah, Rasulullah SAW melaksanakan haji terakhir yang dikenal dengan nama Haji Wada' (Haji Perpisahan). Haji ini menjadi momen bersejarah yang penuh keimanan karena Rasulullah SAW memberikan khutbah yang sangat menyentuh hati dan berisi pesan-pesan penting bagi umat Islam.
Haji Wada' dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama lebih dari 100.000 kaum Muslimin dari berbagai kabilah. Perjalanan haji ini tidak hanya menjadi contoh tata cara haji yang benar, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara para sahabat.
Selama Haji Wada', Rasulullah SAW menunjukkan secara langsung tata cara haji yang sesuai dengan syariat Islam, seperti mengenakan pakaian ihram, melafalkan talbiyah dengan penuh keimanan, melakukan thawaf ifadah, sa'i antara Shafa dan Marwah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah di Mina, dan menyembelih hewan qurban.
Dalam khutbahnya di Padang Arafah, Rasulullah SAW menyampaikan pesan penting tentang kesetaraan, keadilan, dan persatuan umat Islam. Beliau bersabda: "Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, ayahmu satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab, tidak pula orang non-Arab atas orang Arab, kecuali dengan ketakwaan."
Khutbah ini menunjukkan betapa mulianya ajaran Islam yang menghapuskan perbedaan berdasarkan suku, ras, dan status sosial. Haji Wada' menjadi momen yang sangat mengharukan karena setelah kembali ke Madinah, Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 Hijriah.
Warisan dan Hikmah dari Haji Rasulullah SAW
Haji yang dilaksanakan Rasulullah SAW menjadi warisan yang sangat berharga bagi umat Islam. Beliau tidak hanya menunjukkan tata cara haji yang benar, tetapi juga memberikan keteladanan dalam hal keikhlasan, kesabaran, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Hikmah yang bisa diambil dari Haji Wada' adalah pentingnya menjaga kemurnian tauhid, meninggalkan segala bentuk kesyirikan, serta mempererat persaudaraan sesama Muslim tanpa memandang perbedaan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ibadah haji bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan keimanan.
Dengan memahami sejarah haji pada zaman Rasulullah SAW, Sahabat bisa lebih menghargai makna ibadah haji dan menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.
Jika Sahabat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji atau umroh dengan bimbingan yang terpercaya dan sesuai sunnah, Mabruk Tour siap membantu mewujudkan impian tersebut. Mabruk Tour menyediakan paket umroh dan haji yang nyaman dan aman, dengan pendampingan dari pembimbing yang berpengalaman.
Jangan ragu untuk mengunjungi www.mabruk.co.id dan temukan berbagai pilihan paket umroh yang sesuai dengan kebutuhan Sahabat. Bersama Mabruk Tour, perjalanan ibadah ke Tanah Suci akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan penuh berkah.