Informasi Umrah

Semua informasi suputar ibadah umrah dan haji

Cara Menjaga Hati dari Riya Saat Haji

Menjaga Hati dari Riya saat Haji - Menunaikan ibadah haji adalah impian setiap Muslim. Tidak hanya sebagai rukun Islam kelima, haji juga menjadi puncak spiritual yang mempertemukan umat Islam dari seluruh dunia di tanah suci. Namun di balik kemuliaan ibadah ini, ada satu ujian hati yang sering kali tidak disadari, yaitu riya keinginan untuk dipuji atau dilihat oleh orang lain dalam beribadah.

Riya bisa menghapus nilai amal jika tidak dijaga dengan baik. Oleh karena itu, memahami cara menjaga hati dari riya saat haji menjadi hal yang sangat penting bagi setiap calon jemaah. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana menjaga keikhlasan selama berhaji agar ibadah yang dilakukan benar-benar diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Cara Menjaga Hati dari Riya Saat  HajiFoto: Masjid Pogung Dalangan / unsplash.com

1. Memahami Bahaya Riya dalam Ibadah Haji

 

Riya berasal dari kata ru’yah yang berarti “melihat” atau “dilihat.” Dalam konteks ibadah, riya berarti melakukan amal bukan semata-mata karena Allah, tetapi agar mendapat pujian atau pengakuan dari manusia.

Ketika seseorang menunaikan haji dengan niat ingin dipandang sebagai orang saleh, mampu, atau kaya, maka ia telah kehilangan esensi ibadah itu sendiri. Padahal, haji adalah perjalanan untuk menanggalkan kesombongan dan memperbarui ikatan dengan Sang Pencipta.

Maka dari itu, langkah pertama cara menjaga hati dari riya saat haji adalah dengan memahami betapa bahayanya riya terhadap keikhlasan. Kesadaran ini akan menuntun seseorang untuk terus memperbaiki niat dan mengingat bahwa hanya Allah yang berhak menilai amal.

Baca Juga: Harus Tahu! Begini Tips Mengatur Keuangan Selama Umroh

2. Meluruskan Niat Sejak Awal Perjalanan

 

Setiap amal bergantung pada niat. Sebelum berangkat ke Tanah Suci, penting bagi calon jemaah untuk merenung: Apakah aku berhaji karena Allah, atau karena ingin disebut sudah naik haji?

Niat yang murni harus ditanamkan sejak awal, bahkan sebelum melakukan persiapan keberangkatan. Hindari membagikan setiap proses persiapan haji di media sosial dengan niat pamer. Sebaliknya, gunakan momen itu untuk introspeksi diri, memperbanyak doa, dan memohon agar Allah menjaga hati dari penyakit riya.

Menjaga niat bukan hal mudah, apalagi di zaman sekarang dimana setiap momen bisa dipublikasikan dengan cepat. Namun, justru di sinilah ujian keikhlasan sesungguhnya.

Meluruskan niat menjadi pondasi penting dalam cara menjaga hati dari riya saat haji, karena amal yang diterima Allah hanyalah amal yang dilakukan dengan ikhlas.

3. Mengingat Tujuan Utama Haji: Menghapus Dosa dan Mendekat kepada Allah

 

Ibadah haji bukan sekadar perjalanan spiritual, melainkan perjalanan penyucian jiwa. Setiap langkah di Tanah Suci, dari thawaf hingga sa’i, memiliki makna mendalam untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menghapus dosa masa lalu.

Ketika seseorang menyadari tujuan sejati ini, maka rasa ingin dipuji akan perlahan memudar. Fokusnya bukan lagi pada apa kata orang, melainkan pada bagaimana Allah menilai ibadahnya.

Saat berada di Masjidil Haram atau Padang Arafah, usahakan untuk menghindari pembicaraan yang berlebihan tentang “berapa kali sudah haji” atau “hotel mana yang ditempati.” Jadikan setiap momen sebagai sarana mendekatkan hati kepada Allah dan mengingat bahwa semua manusia sama di hadapan-Nya.

Inilah salah satu cara menjaga hati dari riya saat haji yang paling efektif: selalu mengingat tujuan akhir ibadah, yaitu ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Baca Juga: 9 Tips Membawa Perlengkapan Ihram untuk Jemaah Pemula

4. Menjaga Kesederhanaan dalam Penampilan dan Sikap

 

Salah satu sumber munculnya riya saat berhaji adalah keinginan untuk tampil lebih mewah dibanding jemaah lain. Padahal, kesederhanaan justru merupakan ciri utama orang yang ikhlas dalam beribadah.

Gunakan pakaian ihram dengan penuh kesadaran bahwa semua jemaah kaya atau miskin, pejabat atau rakyat — sama di hadapan Allah. Hindari sikap merasa lebih baik hanya karena fasilitas yang diperoleh lebih lengkap atau karena berangkat melalui paket haji khusus.

Kesederhanaan juga berlaku dalam sikap. Jangan memamerkan ibadah dengan cara yang mencolok atau menonjolkan diri di hadapan orang lain.

Dengan menumbuhkan rasa rendah hati dan kesederhanaan, kita bisa menjalankan cara menjaga hati dari riya saat haji dengan lebih mudah, karena hati menjadi lebih tenang dan fokus pada Allah semata.

5. Perbanyak Dzikir dan Muhasabah Diri

 

Riya sering muncul ketika hati mulai lalai dari mengingat Allah. Karena itu, dzikir dan muhasabah (introspeksi diri) menjadi senjata utama dalam melawan penyakit hati ini.

Perbanyaklah istighfar, shalawat, dan doa agar Allah meneguhkan niat yang tulus. Saat merasa bangga terhadap amal, segera ingatkan diri bahwa semua itu terjadi hanya karena pertolongan Allah.

Muhasabah diri juga penting dilakukan setelah setiap ritual haji. Tanyakan kepada hati sendiri: Apakah aku melakukan ini karena ingin dipuji, atau karena Allah? Jika ada sedikit keraguan, segera bertaubat dan perbaiki niat.

Mengingat Allah dalam setiap langkah perjalanan akan menjaga hati tetap hidup dan jauh dari kesombongan. Maka, perbanyak dzikir sebagai bentuk cara menjaga hati dari riya saat haji agar ibadah yang dilakukan benar-benar penuh makna.

6. Hindari Pamer di Media Sosial

 

Diera digital, banyak jemaah tergoda untuk membagikan setiap momen berhaji dimedia sosial mulai dari foto di depan Ka’bah hingga video saat melontar jumrah. Meskipun tidak semua postingan itu salah, namun niat di baliknya perlu diwaspadai.

Jika niatnya untuk menginspirasi orang lain agar termotivasi berhaji, insya Allah berpahala. Namun jika tujuannya agar mendapat pujian atau pengakuan, maka itu sudah termasuk riya.

Sebaiknya, simpan sebagian besar momen berhaji untuk diri sendiri dan Allah. Kenangan spiritual tidak selalu harus dibagikan ke publik; biarkan menjadi rahasia antara seorang hamba dan Tuhannya.

Membatasi diri dari eksposur berlebihan adalah salah satu cara menjaga hati dari riya saat haji yang relevan dizaman sekarang. Dengan begitu, hati tetap fokus pada ibadah, bukan pada penilaian manusia.

7. Berteman dengan Orang-Orang yang Mengingatkan kepada Allah

 

Lingkungan juga berperan besar dalam menjaga hati. Ketika berhaji, bergaullah dengan orang-orang yang rendah hati dan sering mengingatkan tentang keikhlasan. Hindari kelompok yang terlalu banyak membicarakan hal duniawi atau membandingkan fasilitas.

Teman yang baik akan membantu menjaga niat agar tetap lurus. Mereka tidak segan menasihati dengan lembut ketika melihat tanda-tanda riya dalam diri kita. Sebaliknya, teman yang salah bisa menjerumuskan pada kesombongan dan pamer ibadah.

Dalam perjalanan haji yang panjang, dukungan lingkungan yang baik akan memperkuat komitmen dalam menjalankan cara menjaga hati dari riya saat haji agar tetap fokus hanya pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Baca Juga: Cara Menggunakan Kursi Roda Saat Thawaf yang Nyaman & Aman

8. Mengingat Bahwa Amal Tanpa Keikhlasan Tidak Bernilai

 

Salah satu motivasi kuat agar kita bisa menjaga diri dari riya adalah menyadari bahwa amal yang tidak ikhlas tidak akan diterima oleh Allah, bahkan bisa menjadi sebab murkanya.

Haji yang dilakukan dengan penuh pengorbanan waktu, tenaga, dan harta akan sia-sia jika niatnya bukan karena Allah. Oleh karena itu, penting untuk terus berdoa agar Allah menjaga hati dari penyakit ini hingga akhir ibadah.

Ingatlah, yang dilihat Allah bukan banyaknya amal, melainkan ketulusan hati di baliknya. Itulah sebabnya cara menjaga hati dari riya saat haji harus menjadi prioritas utama selama di Tanah Suci.

Menjaga Hati dan Memilih Travel Haji yang Amanah

Menjaga hati dari riya adalah perjuangan seumur hidup, termasuk saat menunaikan ibadah haji. Setiap jemaah perlu menyadari bahwa keikhlasan adalah kunci diterimanya amal. Dengan niat yang lurus, kesederhanaan, dzikir, muhasabah, serta lingkungan yang baik, insya Allah ibadah haji akan menjadi pengalaman spiritual yang suci dan bermakna.

Selain menjaga hati, memilih travel haji yang terpercaya juga penting agar ibadah berjalan lancar dan penuh kekhusyukan. Salah satu pilihan terbaik adalah Mabruk Tour biro perjalanan haji dan umroh resmi yang memiliki legalitas jelas dan telah terdaftar di Kementerian Agama (PPIU: PT Didi Mabruk Bayanaka).

Mengapa harus memilih Mabruk Tour?

 

travel haji plus terpercaya

- Legal dan Amanah: Terdaftar resmi, sehingga jemaah tidak perlu khawatir tentang penipuan atau keberangkatan palsu.
- Pelayanan Profesional: Dipandu oleh pembimbing berpengalaman yang memahami tata cara haji dan umroh sesuai sunnah.
- Fasilitas Nyaman dan Terorganisir: Memberikan kemudahan sejak pendaftaran, manasik, hingga kembali ke tanah air.
- Fokus pada Bimbingan Ibadah: Membantu jemaah menjaga niat dan keikhlasan selama beribadah di Tanah Suci.

Jika anda ingin berhaji atau berumroh dengan hati yang tenang, ibadah yang khusyuk, dan pelayanan terbaik, percayakan perjalanan spiritual anda kepada Mabruk Tour. Bersama Mabruk Tour, anda bukan hanya berangkat ke Tanah Suci anda juga dibimbing untuk menunaikan ibadah dengan keikhlasan sejati dan hati yang bersih dari riya.

Baca Juga: 3 Macam Haji yang Harus Diketahui Muslim - Haji Ifrad, Qiran & Tamattu.